Review
Jurnal 3
MAIMUNAH
26214334
2EB32
Analisis Persepsi Konsumen dan Strategi Pemasaran
Beras Analog (Analog rice)
1.
Judul
Penelitian : Analisis Persepsi Konsumen dan
Strategi
Pemasaran Beras
Analog
(Analog
rice)
2.
Penulis : Deviany
Amanda Rizki
Jono M. Munandar
M. Syaefudin Andrianto
3.
Nama
Jurnal : Jurnal
Manajemen dan Organisasi Vol IV, No. 2, Agustus
2013
4.
Tahun
Terbit : 2013
5.
Latar
Belakang Penelitian :
Tingkat konsumsi beras masyarakat Indonesia pada
2011 tercatat mencapai 102 kg per kapita per tahun. Angka konsumsi beras ini
paling tinggi dibandingkan tingkat konsumsi di negara lain seperti Korea 40 kg
per kapita per tahun, Jepang 50 kg per kapita per tahun, Malaysia 80 kg per
kapita per tahun dan Thailand 70 kilogram per kapita per tahun. Rata-rata
konsumsi beras dunia hanya 60 kg per kapita per tahun (Tempo 2013). Dengan
tingkat konsumsi beras yang tinggi, ketahanan pangan Indonesia sangat rawan
terutama bila terjadi bencana sehingga produksi beras tidak sesuai target. Oleh
karena itu perlu dilakukan diversifikasi pangan.
Perilaku masyarakat Indonesia bila belum
makan nasi artinya belum makan sulit dirubah sehingga merubahnya membutuhkan
strategi pentahapan. Salah satu strateginya adalah membuat beras tiruan dengan
bahan selain dari padi (artificial rice). Konsumen masih menyimpan,
mengolah dan memakan dalam bentuk beras tetapi bahan bakunya bukan dari padi.
F-Technopark sebagai salah satu pusat penelitian di Institut Pertanian Bogor
(IPB) telah mengembangkan invensi beras dengan bahan selain dari padi yang
disebut dengan Beras Analog. Beras ini telah diujicoba dan sedang dikembangkan
dalam skala pilot plant untuk dikembangkan lebih lanjut dalam skala
industri. Manfaat beras ini dalam jangka panjang untuk mendiversifikasi makanan
pokok. Beras ini sudah ada pada tahun 1969-an dengan nama beras TEKAD (keTelo,
Kacang dan Djagung) tetapi gagal berkembang (Andrianto et al.,2013).
Persepsi konsumen terhadap beras analog perlu dikaji agar beras analog sukses
dipasarkan.
Beras analog IPB adalah beras buatan
yang dibuat dari berbagai tepung lokal (umbi-umbian, serealia, sagu) dengan
menggunakan teknologi ekstrusi panas. Beras Analog dikembangkan oleh
F-Technopark Fakultas Teknologi Pertanian IPB sebagai pangan alternatif yang
sehat dan aman serta memiliki sifat fisik dan fungsional menyerupai beras konvensional.
Dari segi kandungan gizi, selain sama-sama merupakan sumber karbohidrat, Beras
Analog terbukti lebih sehat karena memiliki Indeks Glikemik yang lebih rendah
dibandingkan beras konvensional. Dengan karakteristik produk yang memiliki
bentuk butiran menyerupai beras dan dikonsumsi layaknya nasi serta mempunyai
komposisi gizi sesuai kebutuhan, Beras Analog mempunyai prospek yang sangat
baik sebagai produk substansi beras konvensional yang mendukung program
diversifikasi pangan (Budijanto 2012).
Penjualan Beras Analog dilakukan sejak
bulan November 2012 dengan sistem purchasing order di tiga lokasi yaitu
Serambi Botani, Restoran Taman Koleksi dan Kantor Pemerintah Kota Depok, Jawa
Barat. Dalam melakukan kegiatan pengembangan dan mensosialiasikan Beras Analog
sebagai produk yang relatif baru, sampai saat ini F-Technopark IPB masih
menemui hambatan dalam menembus pasar.
6.
Metode :
Penelitian dilaksanakan di tiga tempat yaitu
F-Technopark IPB, Serambi Botani Bogor dan Restoran Taman Koleksi. Pengumpulan
data dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Data primer
diperoleh melalui wawancara langsung dengan stakeholder F-Technopark IPB
sedangkan survey dengan bantuan kuesioner dilakukan di dua outlet penjualan
produk Beras Analog yang masih aktif yaitu Serambi Botani Bogor dan Restoran
Taman Koleksi. Data sekunder diperoleh melalui penelusuran pustaka, dokumen,
dan laporan instansi terkait yang relevan dengan topik penelitian.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel ditentukan
dengan menggunakan rumus slovin dengan tingkat kepercayaan 90% sehingga nilai error
(e) adalah 10% (0,1). Berdasarkan data populasi konsumen yang pernah
membeli Beras Analog di Serambi Botani Bogor
pada Maret 2013 adalah 186 orang, sedangkan data
populasi konsumen yang pernah membeli produk Beras Analog di Restoran Taman
Koleksi Bogor pada Maret 2013 adalah 88 orang. Sehingga total populasi yang
pernah membeli produk Beras Analog sebesar 274 orang dengan asumsi populasi
adalah konsumen yang melakukan pembelian sekali dalam sebulan. Maka jumlah
sampel (n) minimum yang dibutuhkan adalah :
Jumlah
sampel = = 73,262 73 orang
Pengambilan sampel menggunakan metode non-probability
sampling dengan teknik convenience sampling dengan kriteria untuk
responden yang dipilih adalah yang sudah pernah mengkonsumsi produk Beras
Analog.
Pengolahan
data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007, IBM
SPSS 19 dan Minitab 14. Kevalidan dan kesahihan data pada kuesioner menggunakan
uji validitas dan uji reliabilitas, sedangkan analisis data menggunakan
tabulasi silang, analisis cluster (analisis kelompok) dan analisis
biplot. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1.
Uji Validitas
Uji
validitas mengindikasikan apakah alat pengukuran yang ingin diukur sudah tepat
atau belum (Umar 2000). Pada penelitian ini, uji validitas dilakukan terhadap
30 responden dan hasil penelitian dikatakan valid karena r hitung setiap variabel
pada pertanyaan tentang derajat kepentingan atribut Beras Analog lebih besar
dari r tabel yaitu 0,361.
2.
Uji Reliabilitas
Reliabilitas
merupakan ukuran suatu kestabilan dan konsistensi responden dalam menjawab
pertanyaan dalam kuesioner. Jika hasil pengukuran yang dilakukan berulang
menghasilkan hasil yang relatif sama, pengukuran tersebut dianggap memiliki
tingkat reliabilitas yang baik (Suliyanto 2005). Pada penelitian ini uji
reliabilitas dilakukan terhadap 30 responden dan hasil penelitian dikatakan
reliabel karena nilai Cronbach’s Alpha setiap variabel pada pertanyaan
tentang derajat kepentingan atribut Beras Analog bernilai lebih besar dari 0,60
yaitu 0,733.
3.
Tabulasi Silang
Alat
uji yang dipakai untuk tabulasi silang pada penelitiian ini adalah uji
kebebasan (chi-square). Menurut Malhotra (2006) statistik uji chi
square adalah statistik yang digunakan untuk menguji signifikansi statistik
dari asosiasi yang diamati dalam sebuah tabulasi silang. Tabulasi silang pada
penelitian ini digunakan untuk menguji keterkaitan antara karateristik
konsumen, minat mengkonsumsi kembali dan tipe konsumsi dengan kesan terhadap
Beras Analog. Tabulasi silang ini digunakan sebagai masukan dalam analisis
persepsi konsumen dan penyusunan strategi pemasaran Beras Analog.
4.
Analisis Cluster
Analisis
Cluster (Analisis Kelompok) merupakan sebuah kelas teknik yang digunakan
untuk mengklasifikasikan objek-ojek atau kasus-kasus menjadi kelompok-kelompok
yang relative homogeny (kelompok) (Malhotra 2006).
analisis cluster yang digunakan adalah Hierarki
Cluster dikarenakan jumlah sampel yang relatif kecil serta data yang
digunakan untuk analisis cluster dalam penelitian ini adalah jenis data
dengan penggunaan skala berbeda. Menurut Simamora (2005), pada penggunaan skala
yang berbeda, untuk memperoleh kesempatan yang sama setiap variabel perlu
distandarisasi terlebih dahulu karena jika variabel tetap dalam bentuk aslinya,
variabel-variabel yang memiliki standar deviasi paling besar akan tampil
sebagai diferensiator utama, artinya proses segmentasi hanya akan dipengaruhi
oleh variabel tertentu saja. Setelah dilakukan standarisasi data pada setiap
variabel yang digunakan, barulah dilakukan analisis hierarki cluster.
Tahap terakhir adalah mengklasifikasikan variabel-variabel menjadi
kelompok-kelompok yang relative homogeny berdasarkan nilai yang sering
muncul (modus). Analisis cluster diharapkan dapat menjawab segmentasi dan
targeting melalui persepsi konsumen beras analog.
5.
Analisis Biplot
Biplot
adalah salah satu upaya menggambarkan data-data yang ada pada tabel ringkasan
dalam grafik berdimensi dua (Sartono 2003 dalam Mattjik dan Sumertajaya 2011).
Dalam penelitian ini, terdapat sepuluh atribut Beras Analog yang digunakan
untuk mengetahui preferensi konsumen berdasarkan derajat kepentingan. Kesepuluh
atribut tersebut diantaranya adalah manfaat kesehatan, rasa yang enak, tekstur
yang pulen, harga terjangkau, kandungan nutrisi yang baik, warna menarik,
keamanan dikonsumsi, kemasan yang menarik, promosi yang menarik dan daya tahan
produk. Berdasarkan atribut-atribut tersebut, responden memilih preferensinya
terhadap atribut-atribut yang mereka anggap sangat tidak penting (STP), tidak
penting (TP), biasa saja (B), penting (P) dan sangat penting (SP). Dengan
analisis Biplot, dapat dilihat atribut dominan menjadi atribut sangat penting
dan penting.
7.
Hasil :
1 Karakteristik konsumen
Karakteristik konsumen dapat dijadikan dasar dalam membuat
segmentasi konsumen. Pada penelitian ini responden dikaji berdasarkan jenis
kelamin, usia, status pernikahan, pendidikan terakhir, klasifikasi pekerjaan,
status pekerjaan, klasifikasi profesi, rata-rata pendapatan per bulan,
rata-rata pengeluaran per bulan dan hobi. Data karateristik responden yang
diperoleh akan dinyatakan sebagai input dalam aspek persepsi konsumen dan
proses penentuan segmentasi pasar.
a. Jenis Kelamin
Karakteristik konsumen Beras Analog berdasarkan jenis kelamin
terdiri dari konsumen laki-laki 21,9% dan konsumen perempuan 78,1%. Persentase
tersebut menunjukkan bahwa konsumen Beras Analog didominasi oleh konsumen
perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh karakteristik konsumen perempuan yang
cenderung lebih konsumtif dalam melakukan pembelian terhadap produk baru,
khususnya produk yang digunakan sebagai bahan pangan.
b. Usia
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa mayoritas konsumen
Beras Analog didominasi oleh usia 31-40 tahun sebesar 35,6%, kemudian
berturut-turut
responden yang berusia 21-30 tahun sebanyak 27,4%,
usia 41-50 tahun sebanyak 20,5%, usia 51-60 tahun sebesar 6,8%, usia kurang
dari 20 tahun sebanyak 5,5% dan usia lebih dari 60 tahun sebanyak 4,1 %.
c.
Status Pernikahan
Dilihat
dari status pernikahannya pada hasil pengolahan data responden, dapat diketahui
bahwa sebagian besar konsumen Beras Analog dengan status menikah 61,6% dan
belum menikah 38,4%. Hal ini menyatakan bahwa mayoritas konsumen Beras Analog
telah memiliki keluarga.
d.
Tingkat Pendidikan
Berdasarkan
tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani, konsumen Beras Analog
memiliki latar belakang pendidikan S1 42,5%, diikuti pendidikan S2 20,5%,
Diploma 17,8%, SMU/SMK 15,1% dan S3 4,1%. Dari data tersebut dapat diketahui
bahwa konsumen Beras Analog didominasi oleh konsumen berpendidikan S1.
e.
Klasifikasi Pekerjaan
Dilihat
berdasarkan klasifikasi pekerjaan, responden paling banyak berstatus sebagai employee
(pegawai) 42,5%. Kemudian diikuti dengan klasifikasi pekerjaan terbanyak
kedua yaitu unemployee (tidak bekerja) 28,8%, business owner (pemilik
usaha) 16,4%, self employee (pekerja lepas) 9,6%, dan investor (penanam
modal) 2,7%.
f.
Status Pekerjaan
Berdasarkan
hasil pengolahan data responden diperoleh data bahwa konsumen Beras Analog yang
memiliki status pekerjaan sebagai pegawai swasta 24,7%. Kemudian diikuti dengan
status pekerjaan PNS 23,3%, ibu rumah tangga 21,9%, wiraswasta 17,8% dan
mahasiswa/pelajar 12,3%.
g.
Profesi
Berdasarkan
data yang diperoleh dapat diketahui bahwa mayoritas konsumen Beras Analog
berprofesi sebagai Ibu rumah tangga sebanyak 19,2%. Profesi dengan %tase
terendah adalah politikus 1,4%.
h.
Pendapatan Per Bulan
Berdasarkan
hasil pengolahan data kuesioner penelitian diketahui bahwa responden Beras
Analog mayoritas memiliki pendapatan per bulan sebesar Rp 4.500.001–Rp
6.000.000 sebanyak 30,1%. Hal ini dikarenakan harga Beras Analog yang masih
relatif mahal dibandingkan beras biasa (konvensional) pada umumnya, menyebabkan
mayoritas konsumennya adalah yang berpendapatan di atas rata-rata.
i.
Pengeluaran Per Bulan
Besarnya
pengeluaran per bulan sebagian besar konsumen Beras Analog adalah Rp
3.000.001–Rp 4.500.000 dengan persentase 28,8%. Hal ini menunjukkan bahwa
mayoritas konsumen tidak terlalu mempertimbangkan harga sebagai faktor utama
untuk membeli produk Beras Analog.
j.
Hobi
Berdasarkan
klasifikasi hobi, responden Beras Analog memiliki hobi jalan-jalan dengan
persentase terbesar 23,3%. Disusul dengan hobi membaca 21,9%, belanja 19,2%,
wisata kuliner 17,8%, browsing 9,6% dan lainnya yang terdiri dari
mendengarkan musik, menonton film dan berenang 8,2%. Rizki, Munandar, Andrianto
– Analisis Persepsi Konsumen | 151
Jurnal
Manajemen dan Organisasi Vol IV, No. 2, Agustus 2013
2 Persepsi konsumen
A.
Kesan terhadap Beras Analog
Perbedaan
Beras Analog dengan beras biasa (konvensional) menimbulkan penilaian atau kesan
yang berbeda-beda oleh masing-masing responden. Berdasarkan data yang
diperoleh, dapat diketahui bahwa 35,6% responden memberikan kesan suka,
kemudian 30,1% responden memberikan kesan cukup, 19,2% responden memberikan
kesan kurang suka, 12,3% memberikan kesan sangat suka, dan 2,7% responden
memberikan kesan tidak suka terhadap Beras Analog. Dari data tersebut, dapat
diketahui bahwa konsumen yang menyukai Beras Analog masih dibawah 50% yaitu
sebesar 47,9% (kesan sangat suka dan suka). Hal ini menandakan bahwa belum
terdapat penilaian positif terhadap kesan Beras Analog.
B.
Penilaian terhadap Rasa, Warna, Aroma, Teksur dan Bentuk Beras Analog
Penilaian
terhadap rasa, aroma, tekstur dan bentuk memiliki persentase terbesar terhadap
penilaian suka dengan masing-masing persentase 43,8% untuk rasa, 32,9% untuk
aroma, 45,2% untuk tekstur dan 49,3% untuk bentuk. Sedangkan persentase
penilaian terbesar untuk warna adalah 31,5%. Hal ini dikarenakan warna pada
Beras Analog berbeda dengan warna beras biasa pada umumnya yaitu kuning
kecoklat-coklatan yang berasal dari warna alami jagung.
C.
Tipe Konsumsi Beras Analog
Menurut
57,5% responden Beras Analog menyatakan produk Beras Analog cocok untuk
dikonsumsi sebagai makanan selingan (kuliner), sementara 42,5% berpendapat
produk Beras Analog cocok untuk dikonsumsi sebagai makanan pokok. Berdasarkan
data tersebut dapat diketahui bahwa keberadaan Beras Analog untuk saat ini
belum mampu disetarakan dengan beras biasa (konvensional) yang dijadikan
makanan pokok untuk mayoritas masyarakat Indonesia.
D.
Bahan Kemasan Beras Analog
Dalam
memilih kemasan Beras Analog, bahan kemasan yang paling banyak disukai oleh
konsumen akhir untuk produk Beras Analog adalah bahan kemasan jenis Standing
Pouch (Kemasan plastik yang dapat berdiri) yaitu 67,1%. Kemasan Standing
pouch banyak dipilih oleh konsumen dikarenakan Standing Pouch dianggap
ekslusif atau jarang ditemui pada kemasan beras pada umumnya, sehingga memiliki
daya jual yang tinggi.
E.
Ukuran Kemasan Beras Analog
Ukuran
kemasan yang banyak disukai responden untuk produk Beras Analog adalah ukuran
800 gram sebesar 39,7%, disusul dengan ukuran 1 kg sebesar 34,2%, 12,3% untuk
ukuran 2 kg, 9,6% untuk ukuran 0,5 kg dan 5 kg sebesar 4,1%. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa ukuran kemasan 800 gram dianggap sesuai untuk
sebuah produk yang relatif baru.
F.
Keterangan atau Informasi pada Kemasan Beras Analog
Pada
kemasan yang sudah beredar di pasaran, keterangan atau informasi yang tertera
pada kemasan Beras Analog yaitu komposisi bahan, nilai gizi, kode produksi,
tanggal kadaluarsa, aturan penyajian, logo produsen, nama dan alamat konsumen
serta merek dagang produk. Sedangkan kode seri SNI dan logo kehalalan produk
belum dicantumkan pada kemasan yang beredar saat ini. Berdasarkan data dapat 152
| Rizki, Munandar, Andrianto – Analisis Persepsi Konsumen
Jurnal
Manajemen dan Organisasi Vol IV, No 2, Agustus 2013
diketahui bahwa 15,1% responden menyatakan
pencantuman nilai gizi pada kemasan Beras Analog dianggap paling penting yang
harus tertera pada kemasan.
G.
Lokasi Pemasaran Beras Analog
Sebanyak
41,4% responden menyatakan lokasi yang tepat untuk memasarkan Beras Analog
adalah pada pasar modern. Sebagian besar konsumen memilih pasar modern
dikarenakan pasar modern mengalami pertumbuhan pesat setiap tahunnya dan jika
Beras Analog dapat dipasarkan pada pasar modern, Beras Analog dapat bersaing
dengan berbagai macam tipe beras yang sudah beredar di pasaran.
H.
Bentuk Promosi Pemasaran Beras Analog
Bentuk
promosi yang tepat yang diharapkan oleh responden untuk Beras Analog adalah
melalui iklan televisi dengan persentase terbesar yaitu 21,7%. Hal ini
dikarenakan televisi merupakan bentuk media massa paling efektif karena
televisi dapat menjangkau semua kalangan masyarakat.
I.
Harga Beras Analog
persentase
terbesar untuk harga Beras Analog per pack adalah Rp 23.000 ukuran 800 gram
sebesar 37%. Persentase terkecil adalah Rp 50.000 ukuran 2 kg sebesar 11%.
J.
Minat Mengkonsumsi Kembali
Setelah
memberikan kesan dan penilaian terhadap Beras Analog, responden menyatakan
pendapatnya tentang minat mengkonsumsi kembali Beras Analog. Hal ini
dikarenakan mayoritas responden baru mengkonsumsi produk Beras Analog sebanyak
satu kali. Berdasarkan data penelitian dapat diketahui bahwa 79,5% responden
menyatakan keinginannya untuk mengkonsumsi kembali Beras Analog, sedangkan
20,5% responden menyatakan tidak.
Sumber :
(Diakses
pada 17 juni 2016)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar