Selasa, 06 Januari 2015

Tulisan 11, Softskill Pengantar Bisnis



MAIMUNAH

26214334

1EB31

Peluang Menjanjikan dari Bisnis Pertanian Organik

PENDAHULUAN

Latar Belakang

            Pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi persoalan lingkungan sangat diperlukan. Persoalan besar yang terjadi disebabkan karena pencemaran tanah, air dan udara sehingga menyebabkan terjadinya degradasi dan kehilangan sumber daya alam serta penurunan produktivitas tanah. Pertanian berbasis kimia yang mempunyai ketergantungan cukup besar pada pupuk dan pestisida telah mempengruhi kualitas dan keamanan bahan yang dihasilkan, kesehatan dan kehidupan bahan lainnya. Dengan memperhitungkan generasi mendatang maka pertanian organik menghasilkan interaksi yang bersifat dinamis antara tanah, tanaman, hewan, manusia, ekosistem dan lingkungan.

Back to Nature telah menjadi slogan trend baru. Gaya hidup sehat dan meninggalkan pola hidup lama yang menggunakan bahan kimia non alami, seperti bubuk pestisida, kimia sintetis dan hormon tumbuh dalam produksi pertanian. Makanan yang sehat dan bergizi tinggi dapat diproduksi dengan metode baru yang dikenal dengan nama pertanian organik. Pertanian organik adalah teknik budidaya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama pertanian organik adalah menyediakan produk-produk pertanian, terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta tidak merusak lingkungan.

ISI

Apa itu pertanian organik
Dilansir dari Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI, yang dimaksud dengan pertanian organik adalah teknik budi daya pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan-bahan kimia sintetis. Tujuan utama sistem pertanian organik yakni menyediakan produk-produk pertanian terutama bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumen serta tidak merusak lingkungan.
Potensi
Meski sudah semakin dikenal masyarakat umum namun prosentase keberadaan pertanian organik di Indonesia masih relatif kecil dibandingkan dengan negara-negara lain. Padahal sejumlah faktor pendukung keberhasilan pertanian organik ini telah dimiliki secara alami oleh negeri ini seperti kondisi tanah yang subur, kesempatan memeroleh limpahan sinar matahari dan siraman air hujan sepanjang tahun dan sumber daya hayati yang begitu kaya. Dan bila melihat potensi pasar produk organik di dunia yang senantiasa mengalami peningkatan, pertanian organik ini memang pantas dibidik.
Kaidah
Secara umum, konsep pertanian yang benar-benar organik belum banyak dikenal. Konsep ini memang tak mudah dikelola. Salah satu kaidah sistem pertanian organik menurut Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI adalah menuntut tersedianya lahan yang tidak atau belum tercemar oleh bahan kimia dan mempunyai aksesibilitas yang baik.
Lahan yang dimaksud di sini yaitu lahan yang belum diusahakan. Biasanya lahan tersebut kurang subur sebab lahan yang subur umumnya telah diusahakan secara intensif dengan menggunakan bahan pupuk dan pestisida kimia. Menggunakan lahan seperti ini memerlukan masa konversi cukup lama yakni sekitar 2 tahun.
Instruksi
Jika Anda tertarik mengelola pertanian organik, berikut langkah-langkahnya seperti dilansir dari laman eHow.
1.   Lakukan riset mengenai pertanian organik dengan mencari informasi seputar tata cara menanam secara organik, mensurvei lahan serta menambah ilmu dengan mengikuti sejumlah pelatihan atau berkonsultasi dengan orang-orang yang memang ahli di bidang pertanian organik.
2.     Susun perencanaan bisnis termasuk di dalamnya mencari sumber dana serta merinci biaya yang diperlukan dalam pengelolaan pertanian organik tersebut, termasuk untuk upah buruh tani serta biaya operasional lainnya.
3.   Jika modal dana Anda tak mencukupi, ajukan kredit ke lembaga keuangan atau mencari investor. Yang perlu diperhatikan di sini adalah sistematika penyusunan perencanaan bisnis Anda. Lembaga keuangan ataupun investor tentunya akan tertarik berinvestasi bila business plan yang Anda ajukan berpotensi untuk dikembangkan dan disusun seprofesional mungkin.
4.   Beli lahan untuk digarap. Sebelum membeli, teliti dahulu struktur serta kondisi tanahnya. Lakukan uji di laboratorium untuk mengetahuinya secara pasti.
5.   Beli perlengkapan dan peralatan yang diperlukan, termasuk bibit tanaman. Pilihlah bibit unggulan agar produk Anda bisa mencuri perhatian konsumen dan mampu merajai pasar.

Sertifikasi
Lakukan sertifikasi organik untuk mempermudah pemasaran serta terjadinya pengembalian produk dari pasar karena dianggap kurang memenuhi standardisasi organik. Dari penjelasan Badan Litbang Pertanian Kementerian Pertanian RI, serfikasi produk pertanian organik dibagi menjadi dua kriteria, yakni:
1.     Sertifikasi Lokal untuk pangsa pasar dalam negeri. Kegiatan pertanian ini masih mentoleransi penggunaan pupuk kimia sintetis dalam jumlah yang minimal atau Low External Input Sustainable Agriculture (LEISA), namun sudah sangat membatasi penggunaan pestisida sintetis. Pengendalian OPT dengan menggunakan biopestisida, varietas toleran, maupun agensia hayati. Tim untuk merumuskan sertifikasi nasional sudah dibentuk oleh Departemen Pertanian dengan melibatkan perguruan tinggi dan pihak-pihak lain yang terkait.
2.   Sertifikasi Internasional untuk pangsa ekspor dan kalangan tertentu di dalam negeri , seperti misalnya sertifikasi yang dikeluarkan oleh SKAL ataupun IFOAM. Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain masa konversi lahan, tempat penyimpanan produk organik, bibit, pupuk dan pestisida serta pengolahan hasilnya harus memenuhi persyaratan tertentu sebagai produk pertanian organik.
Berdasarkan penulusuran tim alamtani terhadap praktek-praktek pertanian organik, setidaknya terdapat kaidah-kaidah utama yang harus dipatuhi. Berikut uraian singkatnya:

·         Penyiapan lahan

Lahan untuk pertanian organik harus terbebas dari residu pupuk dan obat-obatan kimia sintetis. Proses konversi lahan dari pertanian konvensional ke pertanian organik membutuhkan waktu setidaknya 1-3 tahun. Selama masa transisi, produk pertanian yang dihasilkan belum bisa dikatakan organik karena biasanya masih mengandung residu-residu kimia. Hal lain yang harus diperhatikan adalah lingkungan disekitar lahan. Pencemaran zat kimia dari kebun tetangga bisa merusak sistem pertanian organik yang telah dibangun. Zat-zat pencemar bisa berpindah ke lahan organik kita karena dibawa oleh air dan udara. Selain zat pencemar, pemakaian obat-obatan dari kebun tetangga bisa menyebabkan hama dan penyakit lari ke lahan pertanian organik. Tentunya hama akan mencari lahan-lahan yang bebas racun, dan sialnya kebun organik akan menjadi sasaran empuk. Untuk menyiasati hal tersebut, bisa menggunakan tanaman pagar. Beberapa jenis tanaman pagar memiliki kemampuan sebagai penyerap bau, bahan kimia, dan pengusir hama. Selain itu, hijauan dari tanaman pagar bisa digunakan sebagai bahan pupuk organik.

·         Kondisi pengairan

Kondisi pengairan atau irigasi menjadi penentu juga dalam pertanian organik. Akan menjadi sia-sia apabila kita menerapkan pertanian organik sementara air yang mengaliri lahan kita banyak mengandung residu bahan kimia. Tentunya lahan kita beresiko tercemar zat-zat tersebut. Pada akhirnya produk pertanian organik kita tidak steril dari racun-racun kimia. Untuk mengakali hal ini, pilih lahan yang mempunyai pengairan langsung dari mata air terdekat. Kalau sulit kita bisa mengambil air dari saluran irigasi yang agak besar. Kadar residu kimia dalam saluran air yang besar biasanya sangat rendah, dan airnya masih bisa digunakan untuk pertanian organik. Hindari mengambil air dari limpahan kebun atau sawah konvensional. Selain itu, bisa juga dibuat unit pemurnian air sendiri. Air dari saluran irigasi ditampung dalam sebuah kolam yang telah direkayasa. Kemudian air keluaran kolam dipakai untuk mengairi kebun organik.

·         Penyiapan benih tanaman

Benih yang digunakan dalam pertanian organik harus berasal dari benih organik. Apabila benih organik sulit didapatkan, untuk tahap awal bisa dibuat dengan memperbanyak benih sendiri. Perbanyakan bisa diambil dari benih konvensional.

Caranya dengan membersihkan benih-benih tersebut dari residu pestisida. Untuk menjadikannya organik, tanam benih tersebut lalu seleksi hasil panen untuk dijadikan benih kembali. Gunakan kaidah-kaidah pemuliaan dan penangkaran benih pada umumnya.

Jangan mengawetkan benih dengan pestisida, fungisida atau hormon-hormon sintetis. Gunakan metode tradisional untuk mengawetkannya. Benih yang dihasilkan dari proses ini sudah bisa dikatakan benih organik.

·         Pupuk dan penyubur tanah

Pemupukan dalam pertanian organik wajib menggunakan pupuk organik. Jenis pupuk organik yang diperbolehkan adalah pupuk hijau, pupuk kandang, pupuk kompos dan variannya, serta pupuk hayati. Pertanian organik juga bisa menggunakan penyubur tanah atau disebut juga pupuk hayati. Penyubur tanah ini merupakan isolat bakteri-bakteri yang bisa memperbaiki kesuburan tanah. Saat ini pupuk hayati banyak dijual dipasaran seperti EM4, Biokulktur, dll. Pupuk hayati juga bisa dibuat sendiri dengan mengisolasi mikroba dari bahan-bahan organik. Dalam permentan bahan-bahan tambang mineral alami seperti kapur dan belerang masih ditoleransi untuk digunakan pada pertanian organik. Bahan mineral yang bisa digunakan dalam pertanian organik yaitu dolomite, gypsum, kapur khlorida, batuan fosfat dan natrium klorida.

·         Pengendalihan hama dan penyakit

Pengendalian hama dalam pertanian organik sebaiknya menerapkan konsep pengendalian hama terpadu. Hal-hal yang terlarang adalah menggunakan obat-obatan seperti pestisida, fungisida, herbisida dan sejenisnya untuk membasmi hama. Pengendalian organisme penganggu tanaman bisa memanfaatkan:

·         Pemilihan varietas yang cocok
·         Rotasi tanaman
·         Menerapkan kultur teknis yang baik, seperti pengolah tanah, pemupukan, sanitasi lahan, dll.
·         Memanfaatkan musuh alami atau predator hama
·         Menerapkan eksosistem pertanian yang beragam, tidak monokultur

Penanganan pasca panen

Proses pencucian atau pembersihan produk hendaknya menggunakan air yang memenuhi standar baku mutu organik. Hindari air yang sudah tercemar zat-zat kimia sintetsis. Gunakan juga peralatan yang tidak terkontaminasi zat-zat kimia.
Dalam penyimpanan dan pengangkutan produk organik sebaiknya tidak dicampur dengan produk non organik. Untuk memberikan nilai tambah, sebaiknya kemas produk-produk organik dengan bahan yang ramah lingkungan dan bisa di daur ulang.

Sertifikasi pertanian organik

Untuk kepentingan pemasaran dan meningkatkan kepercayaan konsumen, ada baiknya produk organik disertifikasi. Dewasa ini banyak lembaga yang bisa memberikan sertifikasi organik. Mulai dari yang berbayar hingga gratis.
Kedepannya, Permentan Sistem Pertanian Organik akan mengatur lembaga-lembaga sertifikasi organik. Tujuannya untuk memudahkan kontrol dan melindungi konsumen pangan organik. Sebagai petani produsen, kita harus pandai-pandai dalam memilih sertifikasi organik. Kita harus bijak dalam mengeluarkan biaya sertifikasi. Jangan sampai biaya sertifikasi menjadi beban.
Selain sertifikasi, bisa dikembangkan alternatif lain untuk meyakinkan konsumen dengan kampanye. Misalnya gerakan untuk membeli pangan lokal, semakin lokal semakin baik. Jalinlah komunikasi dengan konsumen secara langsung. Undanglah sesekali konsumen untuk melihat kebun produksi. Know your farm is know your food!

Pemasaran pertanian organik

Pola pemasaran produk pertanian organik bisa menggunakan pola lama ataupun pola-pola baru. Hasil pertanian organik masih bisa bersaing dipasar konvensional, karena meski biaya operasionalnya lebih besar tapi inpu-input produksinya lebih murah. Namun apabila ingin mendapatkan insentif harga sebaiknya dijual ke pasar moderen atau penjualan langsung.

a. Pasar tradisional

Pasar ini merupakan pasar pertanian tertua. Untuk memasok pasar jenis ini biasanya melalui rantai para pedagang pengepul dan tengkulak yang ada sampai hingga ke pelosok desa. Kelebihan sistem ini adalah mudah. Petani tidak harus jemput bola tinggal nunggu di lahan, bahkan biasanya proses panen pun dilakukan pedagang pengepul.
Banyak petani yang lebih nyaman dengan sistem ini karena kemudahan tersebut. Bahkan beberapa tengkulang dan pengepul mau meminjamkan modal untuk produksi musim tanam berikutnya. Walaupun seringkali hal ini menjadi jeratan bagi petani.
Kelemahan dari sistem ini adalah harganya yang rendah. Apalagi bila produk pertanian dibeli dengan sistem ijon atau dibeli sebelum panen.

b. Pasar moderen

Ada dua pola untuk memasuki pasar moderen, yaitu dengan memasoknya langsung dan melalui perusahaan pemasok. Untuk memasok langsung, produsen harus memiliki modal dan relasi yang cukup. Karena biasanya barang yang masuk tidak dibayar secara langsung. Hal ini bisa disiasati dengan membentuk koperasi petani organik.
Sebagian petani organik, ada juga yang menjual hasil panennya ke perusahaan pemasok pasar moderen. Dalam hal ini yang mempunyai kontrak dengan pasar moderen adalah perusahaan pemasok. Petani menjual kepada perusahaan pemasok.

c. Penjualan langsung

Alternatif dari sistem-sistem pemasaran diatas adalah dengan melakukan penjualan langsung. Petani memasarkan hasil panen secara langsung ke konsumen. Biasanya dalam bentuk paket-paket yang disesuaikan dengan hasil panen.
Paket dikirimkan langsung ke konsumen yang berlangganan. Jenis dan maca sayuran disesuaikan antara kebutuhan konsumen dan musim tanam. Untuk menjalankan sistem seperti ini, petani wajib menerapkan sistem multiklutur agar produk yang dihasilkan tidak monoton. Kalau sulit dipenuhi sendiri, petani produsen bisa membentuk kelompok.

Kelebihan dan Kekurangan Pertanian Organik

 Kelebihan
  • Tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun.
  • Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non-organik.
  • Produk tanaman organic lebih mahal, sehingga keuntungan petani lebih besar.
  •  Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Data menunjukkan bahwa praktek pertanian organik mampu meningkatkan hasil sayuran hingga 75 % dibanding pertanian konvensional. Disamping itu, produk pertanian organik juga mempunyai kandungan vitamin C, Kalium, dan beta karoten yang lebih tinggi (Pither dan Hall, 1999).
  • Membuat lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani, karena petani akan terhindar dari paparan (exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi pertanian.
  • Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani; karena: (1) Biaya pembelian pupuk organik lebih murah dari biaya pembelian pupuk kimia; (2) Harga jual hasil pertanian organik seringkali lebih mahal; (3) Petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari penjualan jerami dan kotoran ternaknya; (4) Bagi peternak, biaya pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi bahan organik lebih murah dari pakan ternak konvensional; (5) Pengembangan pertanian organik berarti memacu daya saing produk agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar internasional akan produk pertanian organik yang terus meningkat. Ini berarti akan mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan petani.
  •  Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian. Karena pertanian organik: (1) Menghindari penggunaan bahan kimia sintetis dan (2) Memanfaatkan limbah kegiatan pertanian seperti kotoran ternak dan jerami sebagai pupuk kompos.
  • Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang serta memelihara kelestarian alam dan lingkungan. Pemakaian kompos, misalnya, akan menciptakan lingkungan tanah, air dan udara yang sehat yang merupakan syarat utama bagi tumbuhnya komoditi pertanian yang sehat karena: (1) Memperbaiki struktur tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan perakaran tanaman yang sehat; (2) Menyediakan unsur hara, vitamin dan enzim yang dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh sehat; (3) Menyediakan tempat (inang) bagi berbagai hama dan penyakit tanaman sehingga tidak menyerang tanaman.
  • Meningkatkan dan menjaga produktivitas lahan pertanian dalam jangka panjang, serta memelihara kelestarian sumber daya alam dan lingkungan;
  •  Menghasilkan makanan yang cukup, aman, dan bergizi sehingga meningkatkan kesehatan masyarakat dan sekaligus daya saing produk agribisnis;
Kekurangan
  • Kebutuhan tenaga kerja yang lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan penyakit masih dilakukan secara manual. Apabila menggunakan pestisida alami, pestisida perlu dibuat sendiri karena belum tersedia dipasaran.
  • Penampilan fisik tanaman organic kurang bagus (misalnya berkurang lebih kecil dan daun berlubang-lubang)
Harga 3 Kali Lipat

Besarnya permintaan sayuran organik menyebabkan harga sayuran ini jauh lebih tinggi. Harganya bisa 3 kali lipat lebih mahal dibandingkan dengan harga komoditi sayuran anorganik. Hal itu diungkapkan Soedjais, dan dibenarkan Tri Judadmadji pemilik Agro Lestari Organik. Kendati sejak mengubah haluan menjadi petani sayuran organik, produksinya menurun 30-40% namun biaya produksinya berupa pembelian pupuk dan pestisida juga menurun 30-40%. Tak pelak keuntungan yang Ia peroleh cukup besar lantaran harga jual sayuran organik bisa 3 kali lipat. Misalnya saja buncis anorganik dijual dengan harga Rp.2.500/kg sedangkan organik Rp.7.500 – 8.000/kg.

Untuk memperoleh keuntungan lebih besar, cara berikut bisa diterapkan. Pertama, pilih sayuran yang cepat panen misalnya sayuran baby (baby caisim, baby pak choy) yang hanya berumur 1 minggu. Kedua, pupuk dan pestisida sebaiknya dibuat sendiri. Ketiga, pilihlah sayuran kualitas baik dan lalu diberikan dan dikemas denga packaging yang menarik lengkap dengan label produk dan barcode-nya. Yang perlu diingatsetiap proses produksi dilaksanakan benar-benar secara organik. Karena tak jarang konsumen, supplier atau supermarket berani bayar tinggi tidak hanya melihat hasil produknya tetapi juga melihat proses produksinya.

Kendala Usaha

Kendati usaha sayuran organik sangat menguntungkan namun bukan berarti tanpa kendala. Menurut Tri, serangan hama penyakit sering mengurangi jumlah produksi. Untuk itu penggunaan pertisida organik juga mampu mencegah serangan penyakit seperti ulat, kepik, atau kutu. Selain itu bisa juga mencegah serangan hama menggunakan screen/kelambu untuk menghalau hama.

Sementara itu apabila pengolahan tanah dilakukan secara organik biasanya tanaman jarang terkena serangan hama. Tanah harus digemburkan dan diberi kompos yang terbuat dari kotoran hewan da rerumputan yang dicampur dan didiamkan selama 2 bulan. Namun untuk mempercepat proses pengomposan bisa ditambahkan bakteri (EM4). Teknologi ini merupakan teknologi terbaru dibidang pertanian dengan proses dekomposisi selama composting oleh bakteri seperti Aktinomycesnaeslundii, Lactobacillus species delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, ragi dan jamur serta Cellulolytic Bacillus. Sementara itu ada pula mikroorganisme Mikoriza yang membantu pengikatan unsur hara agara tanaman lebih banyak menyerap unsur hara. Selain menyemprotkan pestisida alami buatan Ia memakai sistem cropping tanaman yakni 1 lahan tanah ditanami lebih dari 1 jenis sayuran. Namun untuk menjaga kesuburan tanah, akan lebih baik bila dilakukan pola rotasi penanaman. Misalnya dari 1 bedeng ditanami caisim setelah panen kemudian ditanami bayam, kemudian kangkung dan terong dan seterusnya.

Jika petani mampu menerapkan pertanian organik sepenuhnya, dan mengatasi kendala yang bisa menghalangi perkembangan usaha, dari usaha bididaya sayuran organik ini bisa menghasilakan 0mset hingga Rp.10 juta dengan tingkat keuntungan lebih dari 50%. Kabar baiknya usaha ini bisa kembali modal dalam waktu 1 bulan terutama untuk budidaya sayuran daun. Menarik bukan ?

PENUTUP

Kesimpulan

            Bisnis tanaman organik merupakan cara terbaru penanaman yang menghasilkan produk yang aman untuk dikonsumsi oleh konsumen, karena dalam tanaman organik tidak memakai bahan kimia dalam proses penanamannya, sehingga produk yang dihasilkan baik dan aman bagi kesehatan, bisnis tanaman organik ini merupakan bisnis yang dapat menghasilkan omset yang besar karena pada zaman sekarang manusia banyak yang telah sadar untuk memilih bahan atau produk sayuran atau jenis tanaman yang lain  dengan proses yang bagus seperti tanaman organik ini. Selain itu yang membuat bisnis ini beromset besar yaitu cara penanamannya yang membutuhkan pemeliharaan yang sebaik-baiknya. Dalam memulai bisnis ini juga agar memudahkan kita menjual produk organik ini, perlu dilakukannya sertifikasi. Dengan melakukan semua prosedur yang harus diperhatian untuk bisnis pertanian organik ini maka kita bisa mengambil peluang bisnis ini dengan baik dan akan mendatangkan keuntungan.

DAFTAR PUSTAKA


https://wibowo19.wordpress.com/2009/10/28/317/


http://www.ciputraentrepreneurship.com/ide/seluk-beluk-pertanian-organik-dan-potensi-bisnis-di-dalamnya

http://alamtani.com/pertanian-organik.html

Tulisan 10, Softskill Pengantar Bisnis



MAIMUNAH

26214334

1EB31

Bisnis Makanan Khas Tradisional

PENDAHULUAN
Latar Belakang

            Indonesia adalah negara yang memiliki kekayaan kuliner sangat luar biasa, baik ragam maupun cita rasanya. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki makanan khasnya masing-masing. Dari yang tradisional hingga berbagai varian baru hasil eksperimen dan modifikasi. Beberapa daerah bahkan memiliki lebih dari satu makanan khas. Peluang bisnis makanan tradisional kini tak hanya berpusat di daerah asalnya saja. Banyak masyarakat yang tinggal di daerah lain yang ingin mencicipi cita rasa khas tersebut. Sadar akan peluang ini, beberapa pelaku usaha kuliner mengembangkan inovasi produk santapan tradisional dalam kemasan agar konsumen bisa menyantap makanan itu kapan saja dan di mana saja dengan cara yang praktis.

Makanan tradisional Indonesia adalah segala jenis makanan olahan asli Indonesia, khas daerah setempat, mulai dari makanan lengkap, selingan, yang cukup kandungan gizi, serta biasa dikonsumsi oleh masyarakat daerah tersebut. aneka pangan tradisional, seperti manisan pala, pisang sale, kembang Loyang, lepat dan lain-lain. Demikian juga cara pengolahannya dilakukan dengan beragam dan bervariasi seperti dengan membakar/memanggang, pengasapan, pemepesan, pengukusan, menggoreng dan menumis. Makanan tradisional Indonesia dipengaruhi oleh kebiasaan makan masyarakat dan menyatu di dalam sistem sosial budaya berbagai golongan etnik di daerah-daerah. Makanan tersebut disukai, karena rasa, tekstur dan aromanya sesuai dengan seleranya. Demikian juga dengan kebiasaan makan khas daerah umumnya tidak mudah berubah, walaupun anggota etnik bersangkutan pindah ke daerah lain. Oleh karena itu melihat peluang yang ada maka bisnis makanan tradisional ini bisa dianggap bisnis yang akan memiliki banyak konsumen yang membelinya, sehingga dapat menghasilkan omset yang besar.

ISI
 
            Bisa dibayangkan jika kekayaan kuliner tradisional khususnya oleh-oleh di seluruh penjuru Tanah Air diinventarisasi dengan baik. Bisa jadi, kita adalah negara dengan kekayaan makanan dan cemilan tradisional terbanyak di dunia. Dilihat dari perspektif bisnis, kekayaan ini bisa menjadi ‘tambang’ bisnis yang sangat potensial. Ia juga memiliki sejumlah nilai strategis lain dilihat dari aspek pemberdayaan ekonomi rakyat, pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran, pemanfaatan sumber daya alam hingga pelestarian budaya bangsa. Lebih dari itu, industri makanan khas daerah khususnya oleh-oleh, memiliki potensi besar untuk menembus pasar internasional. Jika ini terwujud, akan lebih banyak manfaat yang bisa diperoleh dari bisnis ini. Dilihat dari besarnya potensi dan nilai strategis yang dimilikinya, bisnis ritel makanan berbasis local knowledge ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak khususnya pemerintah daerah dan pihak terkait. Ada beberapa alasan yang mendasarinya.

Pertama, Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan budaya yang salah satunya berbentuk makanan khas daerah termasuk oleh-oleh. Kekayaan ini didukung oleh sumber daya alam berupa bahan baku pangan yang sangat melimpah. Sangat disayangkan jika dua anugerah yang tidak semua negara di dunia memilikinya ini tidak dimanfaatkan secara optimal. 

Kedua, besarnya permintaan pasar. Budaya yang berkembang di masyarakat Indonesia telah menempatkan oleh-oleh sebagai sebuah kebutuhan. Baik mereka yang sedang bepergian ke suatu daerah atau mereka yang berada di luar daerahnya. Kerinduan pada daerah asal ikut menciptakan permintaan. Promosi pariwisata yang gencar hingga ke manca negara juga berpeluang mengakselerasi permintaan pasar.

Ketiga, pelaku utama bisnis oleh-oleh umumnya adalah industri kecil menengah (IKM) dan home industry yang biasanya digerakkan oleh tenaga kerja informal. Ini merupakan salah bentuk konkrit sektor riil berbasis masyarakat yang menjadi inti dari pemberdayaan ekonomi kerakyatan. Jika lebih dioptimalkan, bisnis ini bisa menjadi andalan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat termasuk taraf hidup para petani sebagai penyuplai bahan baku termasuk juga sektor lain yang mendukung kelangsungan sektor ini seperti jasa transportasi.

Dan yang keempat, optimalisasi industri makanan khas daerah bisa menjadi sarana promosi sekaligus pelestarian budaya bangsa. Secara umum, industri berbasis local knowledge memiliki sejumlah keistimewaan. Selain sebagai sarana pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal atau setempat, industri berbasis local knowledge juga merupakan representasi dari budaya setempat sehingga bisa menjadi sarana pelestarian budaya mengingat sejumlah budaya di Indonesia termasuk kekayaan kulinernya mulai terancam kepunahan. Bisnis ritel makanan tradisional juga bisa mendongkrak promosi wisata daerah yang bersangkutan tidak hanya ke seluruh penjuru Tanah Air namun bisa juga ke seantero dunia.

Tumbuh dan berkembang di masyarakat secara turun temurun, bisnis ritel makanan tradisional ini terus eksis dari waktu ke waktu dalam jangka waktu lama dan terbukti mampu bertahan dari badai krisis. Menurut artikel Terus Berusaha Mempertahankan Warisan Kuliner Bangsa, Suara Karya Online edisi 18 Juli 2007, pada tahun 2007 lalu telah terdapat tidak kurang dari 140.000 unit usaha yang bergerak di produksi makanan tradisional, di mana 45.000 merupakan industri berskala kecil dan menengah (IKM) dan 95.000 merupakan industri rumah tangga (non-formal). Tenaga kerja yang berhasil diserap secara langsung mencapai 340.000 orang, di mana IKM sebanyak 180.000 orang dan rumah tangga sebanyak 160.000 orang. Usaha makanan tradisional banyak terdapat di Jawa, menyusul Sumatera, Nusa Tenggara, Kalimantan, dan Sulawesi.

Sejumlah inovasi juga berkembang dalam bisnis ini. Dalam inovasi produk misalnya. Menurut Bondan Winarno dalam artikel Bisnis Oleh-oleh Kagak Ada Matinye, ada dua kecenderungan inovasi yang berkembang dalam usaha ini. Pertama, persinggungan industri oleh-oleh Indonesia dengan resep-resep luar telah memunculkan jenis-jenis oleh-oleh baru yang diminati. Misalnya, brownies kukus dari Bandung ada bolu kukus dari Medan. Brownies dan bolu sebetulnya bukan makanan khas Indonesia. Tetapi karena dibuat sesuai dengan lidah Indonesia plus dipopulerkan sebagai oleh-oleh, jadilah ia oleh-oleh khas kota pembuatnya. Kedua, persaingan di antara sesama pelaku industri plus dorongan berekspansi telah memunculkan inovasi lewat eskplorasi makanan asli Indonesia lalu memodifikasinya. Bandeng Juwana di Semarang misalnya, tak lagi hanya memproduksi bandeng presto. Mereka juga memproduksi aneka oleh-oleh lain yang berbahan baku bandeng, mulai dari bandeng bakar, bandeng keju dan bandeng teriyak.
Bersamaan dengan inovasi pada produk, jalur pemasaran oleh-oleh juga semakin banyak bentuknya. Selain tetap menggunakan cara konvensional, banyak pelaku industri ini yang juga memasarkan produknya melalui cara-cara pemasaran modern. Misalnya melalui sistem keagenan dan sistem waralaba. Semakin banyak pula yang memperkuat jalur pemasaran secara online melalui lapak-lapak di dunia maya. Melalui inovasi pemasaran ini, jangkauan dan pangsa pasar makanan tradisional semakin luas hingga ke mancanegara.
Dari data dan ulasan di atas, semakin jelas betapa besarnya urgensi dan peluang bisnis makanan tradisional Indonesia. Sayangnya, upaya-upaya konkrit untuk lebih mengakselerasi bisnis ini masih jauh dari harapan. Meski beberapa telah mampu bersaing dan menembus pasar nasional bahkan internasional, secara umum industri makanan tradisional Indonesia masih bersifat sporadik dan memerlukan dorongan dan dukungan yang lebih konkrit khususnya dari pemerintah daerah dan pihak yang terkait.
Terdapat sejumlah problema yang dihadapi oleh para pelaku industri makanan tradisional yang umumnya adalah industri menengah ke bawah dan home industry. Sejumlah masalah itu antara lain : pertama, keterbatasan pengetahuan untuk mengelola bisnisnya secara lebih professional. Misalnya tentang cara pembuatan makanan/kuliner yang berkualitas, higienis serta mempunyai kemasan yang menarik dan aman. Masih menurut Terus Berusaha Mempertahankan Warisan Kuliner Bangsa, makanan tradisional yang sudah dikemas pada tahun 2007 lalu masih sekitar 70 produk. Sementara ribuan lainnya belum tersentuh oleh kemasan yang baik. Padahal, pengemasan yang baik merupakan salah satu kunci meningkatkan nilai tambah pada produk. Banyak makanan khas Indonesia yang sangat digemari tetapi karena terkendala dalam pengemasannya akhirnya tidak bisa berkembang sebagai oleh-oleh.

Kedua, banyak industri makanan tradisional yang sebenarnya sangat prospektif masih dijalankan sebagai bisnis rumahan saja. Ini bisa terjadi karena yang bersangkutan belum memiliki pengetahuan mengenai manajemen bisnis yang baik atau karena merasa jika mengembangkan bisnisnya akan berurusan dengan birokrasi dan regulasi yang njelimet. Ketiga, minimnya akses dana para pelaku industri ini baik karena ketidaktahuan maupun karena tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan lembaga keuangan.

Selain ketiga masalah di atas, sebenarnya masih banyak persoalan lain yang dihadapi oleh sektor usaha ini. Seperti masalah infrastruktur, persaingan hingga penyelesaian tekanan publik terkait penanganan dampak lingkungan, ekonomi, dan sosial. Untuk itu diperlukan sejumlah langkah konkrit khususnya oleh pemerintah daerah dan pihak terkait untuk lebih mengembangkan bisnis ritel makanan berbasis local knowledge ini.

Beberapa langkah konkrit penting untuk segera dilakukan. Pertama, pemerintah khususnya pemerintah daerah perlu menginventarisasi makanan tradisional di daerahnya masing-masing. Sejumlah makanan tradisional Indonesia ada yang mulai punah sehingga langkah inventarisasi ini juga bisa sebagai upaya untuk menyelamatkan budaya bangsa khususnya di bidang kuliner. Selanjutnya, diinventarisasi lebih lanjut makanan tradisional apa yang memiliki prospek bagus untuk dikembangkan secara lebih professional.

Kedua, memberikan pengarahan, bimbingan dan pembinaan kepada industri makanan tradisional yang sudah ada di masyarakat agar bisa dikembangkan secara lebih professional. Misalnya dalam hal standarisasi mutu, kualitas dan higienitas produk, serta tata cara pengemasan yang menarik dan aman. Perlu perlu diinformasikan kepada pelaku usaha untuk mengelola limbah industri yang dihasilkan secara benar agar tidak menimbulkan masalah pencemaran lingkungan dan atau konflik sosial dengan masyarakat setempat.

Ketiga, sosialisasi dan edukasi kepada pelaku bisnis ritel makanan tradisional mengenai pentingnya mengurus perijinan bahkan kalau perlu mematenkan produk makanan tradisional yang dikembangkan sebelum dipatenkan oleh pihak atau negara lain. Di era di mana kesadaran akan HaKI semakin baik terlebih di tengah persaingan global yang pesat seperti sekarang, mematenkan budaya dan produk turunannya adalah sangat penting. Karena jika sampai dipatenkan oleh pihak atau negara lain, maka meski itu sebenarnya adalah budaya kita sendiri, bisa-bisa kita harus membayar jika ingin memproduksinya.

Keempat, guna meningkatkan eksistensi dan meningkatkan daya saing bisnis makanan tradisional, para pelaku bisnis yang umumnya adalah industri menengah ke bawah dan home industry perlu dibimbing mengenai manajemen usaha yang professional agar tidak hanya usaha ini sebatas bisnis rumahan. Perlu pula disosialisasikan mengenai berbagai inovasi baik produk maupun pemasaran agar bisnis yang dijalankan bisa terus berkembang dan bisa menembus pasar nasional bahkan internasional.

Kelima, perlunya membuka akses pembiayaan yang lebih luas mengingat masalah permodalan merupakan salah satu hambatan utama sektor ini untuk terus berkembang. Persyaratan pengajuan modal usaha perlu lebih dipermudah jika perlu, pemerintah daerah, bank maupun lembaga keuangan mikro melakukan mekanisme jemput bola pada pelaku usaha yang membutuhkan.

Dan yang terakhir atau keenam, pengembangan bisnis ini memerlukan dukungan dan kerjasama dengan semua pihak. Pemerintah khususnya pemerintah daerah tidak bisa meng-cover semua persoalan yang dihadapi sektor usaha ini. Agar bisa berkembang lebih optimal, dukungan dan kerjasama semua pihak sangat dibutuhkan. Lembaga swadaya atau kelompok sosial masyarakat bisa menjadi tangan kanan pemerintah dalam hal sosialisasi dan edukasi. Dunia pendidikan dapat berkontribusi dalam melakukan berbagai riset guna mendapatkan informasi dan inovasi terbaru. Media massa bisa menjadi corong publikasi yang luas ke seluruh nusantara bahkan mancanegara. Selain itu, dukungan sektor lain seperti pertanian sebagai penyuplai bahan baku, dan jasa transportasi turut member andil yang besar bagi pengembangan bisnis ini.

Masa depan ada di tangan kita. Bisnis ritel makanan tradisional Indonesia memiliki potensi sangat besar. Banyak peluang dan kesempatan yang bisa kita coba dan selalu ada jalan keluar dalam setiap persoalan yang menghadang. Bersama kita pasti bisa. Saatnya mengantarkan bisnis makanan tradisional Indonesia Go Internasional, untuk kehidupan masyarakat dan bangsa yang lebih baik.

Selain membuka bisnis makanan tradisional sendiri kita juga dapat berwaralaba untuk melanjutkan bisnis makan tradisional yang telah kita beli waralabanya.

14 Kunci Sukses Franchise Makanan Tradisional

Simak kiat sukses berwaralaba makanan tradisional berikut ini agar tak salah langkah.

Tak perlu heran melihat restoran soto kudus, restoran masakan padang, kedai bakso malang, bahkan gerai donat, dan sate jamur dengan nama usaha yang sama, tersebar di beberapa tempat di satu kota, bahkan di berbagai belahan dunia lainnya. Bisa jadi, cabang-cabang restoran dan gerai makanan itu dibuka sendiri oleh si pemilik usaha. Tapi, bukan tidak mungkin merupakan waralaba yang dibeli pihak lain. Jika dulu hanya “segelintir” orang yang berbisnis waralaba, karena bisnis waralaba kebanyakan berasal dari luar negeri dan membutuhkan dana sangat besar, kini bisnis waralaba justru berkembang pesat. Menurut Fauziah Arsiyanti, SE, MM, Dip. IFP., advisor lembaga keuangan First Principal Financial Singapura, hal ini disebabkan orang yang membeli waralaba, yang disebut pewaralaba atau franchisee, tak perlu memulai usahanya dari nol. Setelah membeli, pewaralaba tinggal menjalankan usahanya berdasarkan manajemen dan peraturan yang ditentukan pemiliknya. Meski banyak yang melirik bidang lain, bisnis waralaba di bidang makanan, termasuk makanan tradisional, lebih banyak diminati. Sebab, kata konsultan yang akrab disapa Zizi ini, masyarakat Indonesia memang menyukai makanan tradisional.

Selain itu, mau tak mau, orang memang membutuhkan makan. Ditambah lagi, berbisnis waralaba makanan tradisional tak selalu butuh modal besar. Zizi mengingatkan, tetap bersikap hati-hati dan selektif memilih waralaba, menjadi syarat utama sebelum memutuskan membeli waralaba.
Jika ingin mulai menjadi pewaralaba, berikut ini poin-poin penting yang harus diperhatikan dalam memilih waralaba makanan tradisional:

1.      PUNYA HASRAT
Memiliki hasrat untuk menjual makanan yang Anda inginkan juga menjadi modal penting. Untuk berbisnis retail (perdagangan eceran), memang harus menyukai bidang yang akan digeluti. Sehingga, kondisi usaha sedang naik maupun turun, Anda tetap tekun menjalaninya.

2.      RISET DAN BERUNDING
Teliti dulu terwaralaba atau pihak yang menjual waralaba, yang disebut juga franchisor, yang Anda inginkan. Bandingkan dengan terwaralaba lain yang sejenis. Jangan membeli usaha dari terwaralaba yang tak jelas identitasnya. Jika perlu, cek ke lembaga waralaba yang ada di Indonesia. Jika memang terwaralaba tersebut resmi dan bagus, bisa dipastikan akan terdaftar di sana. Bila memang suka, barulah berunding untuk mendapatkan kesepakatan.

3.      CEK
Tak ada salahnya mengecek usaha terwaralaba yang Anda inginkan ke orang yang sudah lebih dulu menjadi pewaralabanya, baik yang masih berjualan maupun yang tidak. Tanya pendapat mereka. Meski satu sama lain belum tentu punya kepuasan yang sama, setidaknya Anda mendapat gambaran lebih.

4.      HAK CIPTA
Teliti lebih dulu hak cipta makanan milik terwaralaba yang sudah diincar untuk dibeli. Jangan sampai hak cipta yang diklaim olehnya, ternyata milik pihak lain dan akhirnya bisa bermasalah.

5.      LAMA DAN KUAT
Jika Anda tak suka risiko tinggi dan kurang berjiwa bisnis, pilih terwaralaba yang sudah lama berjalan, setidaknya lima tahun, memiliki sistem kuat, misalnya memiliki banyak cabang dan manajemen bagus, serta bermodal besar. Usaha yang masih baru, belum cukup teruji menghadapi siklus roda bisnis.

6.      KONDISI KEUANGAN
Sebelum memutuskan membeli, periksa dulu kondisi keuangan terwaralaba. Jika perlu, minta bantuan akuntan publik atau pakar keuangan untuk membaca laporan keuangan terwaralaba.

7.      BAYAR DI MUKA
Hati-hati bila terwaralaba meminta seluruh modal harus disetorkan di muka. Cari penyebabnya. Bukan tidak mungkin kondisi keuangan terwaralaba tidak bagus. Selain itu, kini banyak terwaralaba yang baru muncul, meminta modal di muka hanya karena ingin menarik initial fee (biaya yang diperlukan untuk memulai bisnis) dari pewaralaba, lalu kabur. Lebih baik, cari terwaralaba yang pembayarannya fleksibel. Artinya, pembayarannya bisa dilakukan bertahap.

8.      CADANGAN
Saat usaha baru berjalan, biasanya perputaran modal belum berjalan lancar. Daripada usaha langsung tutup karena kekurangan modal, lebih baik sediakan dana cadangan. Menurut Zizi, pastikan memiliki modal yang cukup, setidaknya untuk tiga bulan ke depan. Jika membutuhkan Rp 10 juta untuk modal berwaralaba, misalnya, sebaiknya Anda mempersiapkan dana sebesar Rp 30 juta.

9.      TURN OVER
Hitung berapa keuntungan per bulan yang didapatkan dari usaha waralaba ini. Jika hasilnya memang bagus, silakan melangkah lebih lanjut.

10.  INVENTORI
Sebaiknya, pilih terwaralaba yang tidak membutuhkan banyak inventori, misalnya, mesin-mesin dan barang besar. Sebab, akan membutuhkan modal lebih banyak lagi. Lebih baik menjalankan usaha yang padat karya daripada padat modal.

11.  KREATIF DAN DISIPLIN
Meski semua ilmu dari terwaralaba sudah ditransfer pada Anda, tetap harus kreatif dalam mencari pelanggan, disiplin membuat laporan keuangan, dan menerapkan aturan main yang sudah ditetapkan. Jangan terlalu percaya diri, sebab membeli waralaba yang bagus bukan jaminan makanan Anda akan selalu laris, jika tak dibarengi dua hal ini. Namun, bukan berarti Anda bebas menjual hasil masakan kreasi sendiri tanpa seizin terwaralaba. Ingat, Anda membawa nama dan imej terwaralaba.

12.  BANYAK PENGGEMAR
Agar laris, pilih waralaba yang menjual jenis makanan yang banyak digemari dan tidak terlalu sulit dibuat. Antara lain, mi, ayam goreng, daging sapi, soto, dan donat, atau kue. Selain itu, teliti lebih lanjut berapa orang pelanggan yang datang ke tempat terwaralaba yang Anda incar.

13.  SAMA KUALITAS
Pembeli yang datang tentu mengharapkan makanan di cabang milik Anda memiliki rasa dan kualitas layanan yang sama dengan pemilik usaha aslinya. Jadi, kontrol terus kualitas makanan dan manajemen agar pembeli tak kecewa. Mutu daging dan cara membakar wijen, misalnya, harus sama dengan yang dijalankan terwaralaba. Oleh sebab itu, patuhi peraturan-peraturan yang sudah ditetapkan terwaralaba.

14.  KELOLA SENDIRI
Agar lebih terkontrol dan menghindari kecurangan dalam keuangan, kelola sendiri waralaba yang Anda beli, dan jangan diserahkan kepada orang lain.

CIRI TERWARALABA YANG BAGUS
  1. Memiliki sistem kuat dan bermodal besar.
  2. Punya laporan keuangan yang rapi, mudah dibaca, dan tak dibuat berdasarkan karangan. Akan lebih baik bila dibuat oleh akuntan publik.
  3. Tak sekadar menjual bisnisnya. Tak pelit membagi pengalaman selama menggeluti usahanya, memberikan saran pada pewaralaba soal lokasi yang bagus, ada standar pelayanan dan kontrol kualitas.
  4. Menyediakan pelatihan sampai tenaga kerja yang bersangkutan mahir melakukan tugasnya.
  5. Menyediakan alat-alat yang dibutuhkan, sehingga pewaralaba tidak perlu membeli alat yang mahal.
  6. Menyuplai makanan atau bahannya, sehingga kualitas di semua pewaralaba tetap terjaga.
  7. Jujur pada pewaralaba mengenai manajemen dan kondisi keuangan waralaba miliknya.

PENUTUP

Kesimpulan

            Dilihat dari besarnya potensi dan nilai strategis yang dimiliki bisnis ritel makanan berbasis local knowledge atau makanan khas tradisional ini seharusnya menjadi perhatian semua pihak khususnya pemerintah daerah dan pihak terkait, karena untuk mengembangkan apa yang telah ada di daerah-daerah di Indonesia, seperti telah dijelaskan di atas bahwa kulinar khas Indonesia sangat banyak dan sangat beragam, sehingga sungguh sayang kalau tidak bisa dikembangkan lebih baik lagi. Optimalisasi industri makanan khas daerah bisa menjadi sarana promosi sekaligus pelestarian budaya bangsa. Oleh karena itu terbukti bahwa bisnis makanan khas tradisional ini merupakan bisnis yang sangat istimewa, selain banyak dicari konsumen karena setiap orang bisa di bilang menyukai makanan tradisional, selain itu juga kita bisa memulai usaha waralaba dengan tema yang sama yaitu makanan tradisonal. Dengan memperhatikan waralaba yang akan kita beli dan usahakan membeli waralaba yang laris, agar kita dapat melanjutkan kesuksesan waralaba tersebut. Maka dengan berbisnis makanan tradisonal ini kita tidak hanya berbisnis tetapi juga mendukung pelestarian kebudayaan Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA