Kamis, 30 April 2015

Rangkuman Bab 10, Softskill Perekonomian Indonesia



MAIMUNAH

26214334

1EB31
BAB 10

Sektor Pertanian

A.  Sektor pertanian di Indonesia 

a.       Selama periode ( 1995-1997 )PDB sektor pertanian (peternakan, kehutanan & perikanan) menurun & sektor lain spt menufaktur meningkat.
b.      Sebelum krisis moneter, laju pertumbuhan output sektor pertanian < ouput sektor non pertanian
c.       1999 semua sektor turun kecuali listrik, air dan gas.

Rendahnya pertumbuhan output pertanian disebabkan:

a.    Iklim kemarau jangka panjang berakibat volume dan daya saing turun
b.    Lahan - lahan garapan petani semakin kecil
c.    Kualitas SDM rendah
d.   Penggunaan Teknologi rendah

Sistem perdagangan dunia pasca putaran Uruguay (WTO/GATT)ditandatangani oleh 125 negara anggota GATT telah menimbulkan sikap optimisme & pesimisme Negara LDC’s:

a.    Optimis Persetujuan perdagangan multilateral WTO menjanjikan berlangsungnya perdagangan bebas didunia terbebas dari hambatan tariff & non tarif.
b.    Pesimis Semua negara mempunyai kekuatan ekonomi yg berbeda. DC’s mempunyai kekuatan > LDC’s.

Perjanjain tsb merugikan bagi LDC’s, karena produksi dan perdagangan komoditi pertanian, industri & jasa di LDC’s masih menjadi masalah besar & belum efisien sbg akibat dari rendahnya teknologi & SDM, shg produk dri DC’s akan membanjiri LDC’s.

Butir penting dalam perjanjian untuk pertanian:

1. Negara dg pasar pertanian tertutup harus mengimpor minimal 3 % dari kebutuhan konsumsi domestik dan naik secara bertahap menjadi 5% dlm jk waktu 6 tahun berikutnya
2.    Trade Distorting Support untuk petani harus dikurangi  sebanyak 20% untuk DC’s dan 13,3 % untuk LDC’s selama 6 tahun
3.    Nilai subsidi ekspor langsung produk pertanian harus diturunkan sebesar 36% selama 6 tahun & volumenya dikurangi 12%.
4.    Reformasi bidang pertanian dlm perjanjian ini tdk berlaku utk negara miskin

Temuan hasil studi dampak perjanjian GATT:

a.    Sekertariat GATT (Sazanami, 1995) Perjanjian tsb berdampak + yakni peningkatan pendapatan per tahun Eropa Barat US $ 164 Milyar, USA US$ 122 Milyar, LDC’s & Eropa Timur US $ 116 Milyar. Pengurangan subsidi ekspor sebesar 36 % dan penurunan subsidi sector pertanian akan meningkatkan pendapatan sector pertanian Negara Eropa US $ 15 milyar & LDC’s US $ 14 Milyar
b.    Goldin, dkk (1993) Sampai th 2002, sesudah terjadi penurunan tariff & subsidi 30% manfaat ekonomi rata-rata pertahun oleh anggota GATT sebesar US $ 230 Milyar (US $ 141,8 Milyar / 67%0 dinikmati oleh DC’s dan Indonesia rugi US $ 1,9 Milyar pertahaun
c.    Satriawan (1997) Sektor pertanian Indonesia rugi besar dlm bentuk penurunan produksi komoditi pertanian sebesar 332,83% dengan penurunan beras sebesar 29,70% dibandingkan dg Negara ASIAN
d.   Feridhanusetyawan, dkk (2000)è Global Trade Analysis Project mengenai 3 skenario perdagangan bebas yakni Putaran Uruguay, AFTA & APEC. Ide dasarnya: apa yang terjadi jika 3 skenario dipenuhi (kesepakatan ditaati) dan apa yang terjadi jika produk pertanian diikutsertakan? Perubahan yang diterapkan dalam model sesuai kesepakatan putaran Uruguay adalah:
e.    Pengurangan pajak domestic & subsidi sector pertanian sebesar 20% di DC’s dan 13 % di LDC’s.
f.     Penurunan pajak/subsidi ekspor sector pertanian 36% di DC’s & 24% di LDC’s.
g.    Pengurangan border tariff untuk komoditi pertanian & non pertanian

Liberalisasi perdagangan berdampak negative bagi Indonesia thd produksi padi & non gandum. Untuk AFTA & APEC, liberalisasi  perdagangan pertanian menguntungkan Indonesia dg meningkatnya produksi jenis gandum lainnya (terigu, jagung & kedelai). AFTA Indonesia menjadi produsen utama pertanian di ASEANdan output pertanian naik lebih dari 31%. Ekspor pertanian naik 40%.

B.  Nilai tukar pertanian

Nilai tukar nilai tukar suatu barang dengan barang lainnya. Jika harga produk A Rp 10 dan produk B Rp 20, maka nilai tukar produk A thd B=(PA/PB)x100% =1/2. Hal ini berarti 1 produk A ditukar dengan ½ produk B. Dengan menukar ½ unit B dapat 1 unit A. Biaya opportunitasnya adalah mengrobankan 1 unit A utk membuat ½ unit B.

Dasar Tukar (DT):

a.    DT dalam negeri pertukaran 2 barang yang berbeda di dalam negeri dengan mata uang nasional
b.    DT internasional / Terms Of Trade pertukaran 2 barang yang berbeda di dalamnegeri dg mata uang internasional.

Nilai Tukar Petani Selisih harga output pertanian dg harga inputnya (rasio indeks harga yang diterima petani dg indeks harga yang dibayar). Semakin tinggi NTP semakin baik.

NTP setiap wilayah berbeda dan ini tergantung:

a.    Inflasi setiap wilayah.
b.    Sistem distribusi input pertanian.
c.    Perbedaan ekuilibrium pasar komoditi pertanian setiap wilayah (D=S) D>S harga naik & D<S harga turun.


C.  Investasi di Sektor Pertanian

Investasi di sector pertanian tergantung :

a.    Laju pertumbuhan output.
b.    Tingkat daya saing global komoditi pertanian.
Investasi:
a.    Langsung Membeli mesin
b.    Tidak Langsung Penelitian & Pengembangan   
   
Hasil penelitian:

a.    Supranto (1998)è laju pertumbuhan sektor ini rendah, karena PMDN & PMA serta kerdit yg mengalir kecil. Hal ini karena resiko lebih tinggi (gagal panen) dan nilai tambah lebih kecil di sektor pertanian.
Tabel 5.17 Investasi di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor              : 1993  1994  1995  1996
Pertanian         :  2.735 4.545 7.128 15.284
Manufaktur     :  24.032   31.922 43.342 59.218
b.    Simatupang (1995) kredit perbankan lebih banyak megalir ke sektor non pertanian & jasa dibanding ke sektor pertanian.
Tabel 5.18 Kredit Perbankan di sektor pertanian & industri manufaktur (Rp milyar) 1993-96
Sektor              :  1993  1994  1995  1996
Pertanian         :  7.846 8.956 9.841 11.010
Manufaktur     :  11.346 13.004 15.324 15.102
Penurunan ini disebabkan ROI sector pertanian +/- 15 %,shg tdk menarik.

D.  Keterkaitan Pertanian dengan Industri Manufaktur

Salah satu penyebab krisis ekonomi kesalahan industrialisasi yg tidak berbasis pertanian. Hal ini terlihat bahwa laju pertumbuhan sector pertanian (+) walaupu kecil, sedangkan industri manufaktur (-). Jepang, Taiwan & Eropa dlm memajukan industri manufaktur diawali dg revolusi sector pertanian.

Alasan sector pertanian harus kuat dlm proses industrialisasi:

a.    Sektor pertanian kuat pangan terjamin tidak ada lapar kondisi sospol stabil
b.    Sudut Permintaan  Sektor pertanian kuat pendapatan riil perkapita naik permintaan oleh petani thd produk industri manufaktur naik berarti industri manufaktur berkembang & output industri menjadi input sektor pertanian
c.    Sudut Penawaran permintaan produk pertanian sebagai bahan baku oleh industri manufaktur.
d.   Kelebihan output siktor pertanian digunakan sebagai sb investasi sektor industri manufaktur seperti industri kecil dipedesaan.

Daftar Pustaka : 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar